Jumat, 07 November 2008

puisi

ADA NAMUN TIADA
Ada sesuatu yang ada dalam hatiku
Tapi…
Aku tak tahu ada apa dalam hatiku


Ada namun tiaada diharapkan
Hati ini berontak
Mengadakan yang tiada itu
Sesak,
Penat,
Tak mampu ditambpung
Dalam hatio seorang pengembara yang masih dalam pengembaraan ini


Takut…………
Berani………………….
Ragu…….
Mantap……………………………
Pesimis……….
Optimis…………………

Akhirnya, ya jawabannya
Ada namun tiada
Atau
Tiada namun ada



Tiada dalam jejak
Dan
Tiada dalam……….

Tiada naumn ada
Dan
Tiada namun………

Tiada menjadi nyata
Dan
Tiada menjadi…….

Tiada ketika ada
Dan
Tiada ketika………

Tiada tetapi bernyawa
Dan
Tiada dalam………
Tetapi
Dia ada dalam ketiadaan manusia
Manusia ada dalam adanya

Dia ada dalam ketiadaan manusia
Sebagai manusia

Tiada dalam ada
Dan
Ada dalam tiada























cerpen



AKU DAN DIRINYA
(Kisah cintaku di Gereja Katedral)


Dear diary….
Malam ini, aku tak mau memejamkan mata lebih cepat.
Cool, cute, mature, hondsome, dan sebagainya. Sampai- sampai aku sendiri tak tahu harus menulis apalagi megenai pribadinya yang selalu menghantui pikiranku sepanjang hari ini. Cowok yang selama ini aku idam- idamkan, kini hadir di hadapanku, hadir dalam hidupku.
My Diary….
Apakah ini rasanya kalau aku jatuh cinta lagi???
Apakah aku memang sudah ditentukan untuk bertemu dengan jodohku di Gereja Katedral??? I hope so, my diary….
Ok diaryku…… see you next time…
Have a nice dream…….

Carla


**********


"dididing….dididing….dididing….." jam wekerku berbunyi membangunkan aku dari tidur yang terlelap untuk segera menyiapkan diri untuk mengikuti misa pagi di Gereja Katedral.
" O'ya , siapa tahu aku bertemu lagi sama dia, cowok yang cool, cute, mature, and…ngga tahu lagi ah mau ngomong apa lagi….perfect boy" pikiriku sambil melangkahkan kakiku menuju Gereja Katedral yang jaraknya lumayan jauh dari rumahku. Ya…itung- itung…lima menit adja uda nyampe. Yap, tepat lima menit aku sudah berada di depan gerbang gereja, tapi aku sempat dikagetkan setelah aku melihat sesosok pria yang selama seharian kemarin terus mengganggu pikiranku. Penampilannya yang keren abis, cool,cute, and …anymore … membuat aku semakin bertanya-tanya dalam hatiku, "adakah di zaman ini, aku bertemu dengan cowok yang se-cool, se-cute, se-mature ini, yang bangun pagi- pagi untuk mengikuti misa ??? Apakah dia itu ngga seperti cowok- cowok yang lain, yang semalaman suntuk hanya dihabiskan bersama-sama dengan teman seganknya???" Ah… pikiranku mulai ngaco yang jelasnya ada. "Dia adalah cowok yang sekarang berada di depanku" aku menjawab pertanyaanku sendiri. Aku memperlambat langkahku agar aku dapat memperhatikannya dengan lebih lama lagi. " Biar dari belakang adja, but it's ok. Yang penting aku puas memandangnya" kataku menghibur diriku sendiri…". Emang kalau lagi falling in love, mau dari belakang atau dari depan semuanya sama saja", lanjutku. Tapi, aku terperanjak saat aku tiba di pelataran Gereja katedaral, aku terkejut setelah melihatnya hilang begitu saja dari hadapanku.
"Aneh… kok tiba- tiba saja dia menghilang begitu saja ya?? Apakah dia itu hantu??? Atau apakah tadi itu aku hanya mengkhayal di bawa oleh lamunanku bertemu dengannya di gereja ini?"
"Sadar carla…. Ayo sadar…who are you?? Siapa dirimu??? Mana ada cowok yang se-cool, se-cute, dan handsome kayak dia mau mengikuti misa pagi hari??? Jaga baik- baik alam khayalanmu carla…"
"Carla… Carla…jangan terlalu mengharapkan lebih deh???" Aku terus mengguri diriku sendiri.
Seperti biasanya aku selalu menempati bangku terdepan. Aku tak tahu, kenapa aku begitu senangnya duduk di bangku terdepan, ya..biar dapat mengikuti misa dengan lebih khusyuk, kali ye ???? Sebelum misa dimulai aku berlutut untuk memanjatkan doa. Kali ini doanya lain dari hari sebelumnya. Pagi ini aku berdoa agar Tuhan mempertemukan aku dengan dirinya yang seolah-olah telah menghipnotis aku, dan jika memang dia adalah jodohku izinkan aku untuk bertemu dengannya selepas misa pagi ini. Aku terus berdoa, hingga tiba- tiba aku merasakan ada seseorang yang duduk disampingku dengan harum tubuhnya yang membuat aku teringat akan cowok yang…….
"oh..Tuhan tidak!!!! Apakah aku sedang bermimpi lagi???"
"Ah… ini hanya khayalanku saja karena aku terus memikirnya?"
"Sadar Carla, dia tercipta bukan untuk mu, jangan biarakan dirimu dilarutkan oleh ….. ayo sadar.. who are you?"
Aku tak mau ini berlama-lama lagi, maka aku segera mencubit tanganku bahwa ini semua hanyalah khayalanku di pagi hari, di Gereja Katedral.
" Oh…tidak!!!!" " Carla…ini sungguhan lho… Tuhan telah mendengar doamu" Aku memuji diriku sendiri.
" Oh… Tuhan……." Aku tak sanggup melanjutkan kata- kataku.
Aku mencoba memainkan ekor mataku agar aku dapat melihatnya, tapi, yap, sial banget ternyata dia nangkap basah. Jadi malu deh…!!! "Oh Tuhanku..kenapa dia sungguh mengganggu hatiku.." pintaku dalam hati kecilku. Aku tak tahu apa yang ada dipikirannya sekarang mengenai kelakuanku yang rada- rada aneh. Tapi, yang paling penting sekarang adalah di dalam dada ini hanya ada engkau yang mendetakkan jantungku, yang menguatkan hatiku untuk berharap sekalipun tiada pengharapan, untuk mencinta sekalipun aku tak tahu apakah cintamu untukku. Engkau sungguh hadir untuk mengisi hatiku yang telah mati karena cinta, cinta yang telah dikhianati oleh 'dia' yang mempermainkan cintaku yang tulus. Dalam keterpanaan aku tak dapat berkata apa- apa. Dirimu yang sekarang hadir nyata disampingku seakan memberikan semangat baru untuk membuka kembali pintu hatiku bagi cinta yang siap mengetuk meskipun aku tak tahu kapan pintu hatiku diketuk. Yang jelas, dirimu sekarang telah ada di hatiku meskipun engkau belum mengetuknya. Hatiku telah terbuka bagi cintamu. Kata- kataku di pagi itu mengalir dengan sendirinya. Apakah ini namanya jatuh cinta pada pandangan pertama??? Sungguh menggelisahkan hatiku, hingga misa pagi itu terasa sangat lama. Nama. O'ya aku belum tahu siapa namanya. "Akan ku coba dekati dia sesaat setelah perayaan ekaristi berakhir nanti" janjiku kepada diriku sendiri seakan membangkitkan keoptimisan dalam diriku bahwa engkau tercipta bagiku se……o..rang…….
" selamat pagi…" sapaku dengan nada ramah.
" selamat pagi juga…." Jawabnya simple…
" Boleh tahu siapa nama…nya…" "Uh…carla kok kamu bego banget sih. Jangan langsung ceplas- ceplos kayak githu … pakai prolog sedikit kan lebih oke." Suara hatiku menegur ketaksabaranku untuk segera mengetahui siapa namanya. Saat aku masih bergelut dengan suara hatiku, tiba- tiba saja….seperti kesambar petir di pagi hari…
" CARLO.."
Namanya langsung menusuk hingga menembusi hatiku. " oh Tuhan sungguh ajaib perbuatan tanganMu. Aku Carla dan dia Carlo. Dua sejoli yang ideal" aku memuji diriku sendiri seakan dia memang tercipta hanya untukku.
" kalau nona namanya siapa?" ia menyambar aku dengan pertanyaan yang sama sembari mengayunkan tangan kanannya untuk menyalami aku sebagai tanda perkenalan.
" Car…car…" aku tak sanggup melanjutkannya. Bibirku seakan berat untuk mengatakan kalau namaku adalah Carla. Dan, lagi- lagi aku seperti kesambar petir untuk keduakalinya sesaat setelah ia menyebut nama " CARLA?" dalam nada tanya menebak. Tanpa berpikir panjang lagi aku langsung menganggukkan kepalaku mengiyakan tebakkannya yang benar itu.
" oh.. jadi nona yang manis ini namanya carla ya? Saya Carlo dan nona Carla. Perfect. Sempurna. Cocok. Serasi." Katanya terus menggoda seolah ia tahu isi hatiku yang menantikan kahadirannya di hatiku, menyakinkan aku bahwa engkau sungguh tercipta hanya untukku.

*********

Perkenalan pagi itu memberikan warna baru bagiku untuk melangkahkan kakiku sepanjang hari ini, dengan raut wajahnya yang selalu menemani aku. Biarlah hari cepat berlalu agar aku dapat bertemu lagi dengannya di waktu dan tempat yang sama. Dan…. Malam ini langit tak berbintang, angin sepoi- sepoi menyusup masuk ke jendela ruang hatiku, menggetarkan dan memberikan kehangatan bahwa sekaranglah saatnya hatiku dihangati oleh cinta yang sejati. Aku mengambil secarik kertas dan pulpen memberanikan diri untuk menulis surat kepada Carlo sebagai ungkapan isi hatiku yang aku sendiri tak mampu untuk membendungnya lagi.
Malam tak berbintang aku sendiri di bawah terang rembulan ditemani secarik kertas dan sebuah pena penggurat isi hatiku kepadamu. Maaf seribu maaf aku ucapkan kepadamu karena sebagai wanita aku sadar aku terlalu lancang untuk menyurati kamu terlebih atas maksud kedatanganku via lembaran yang tak berarti ini. Sejujurnya aku katakan kalau aku tak mampu lagi memendam perasaan ini sendiri di dalam hatiku yang super kecil ini. Perasaan yang aku….
Ya………..
Perasaan itu sulit aku ungkapkan, perasaan antara aku dengan dirimu, perasaan ….
Perasaan itu membekasi aku dengan sebuah nama CARLO yang adalah namamu. Sungguhkah demikian?? Aku terus bertanya. Tapi semenjak aku berjumpa dengamu pertama kali di gereja terlebih lagi setelah perkenalan kita di depan teras gereja, aku sungguh yakin bahwa perasaan itu tidak salah dan bahkan….
Carlo…apakah aku salah dengan perasaanku ini?? Perasaan jatuh cinta dari seorang cewek kepada seorang cowok yang dicintainya? (maaf kalau aku terlalu terbuka) Carlo… apakah aku salah bila perasaan ini mengatakan "AKU JATUH CINTA PADAMU?"
Carlo..sekali lagi maafkan aku, karena aku terlalu lancang mengungkapan perasaanku kepadamu.
Kutunggu surat balasanmu.
CARLA
********
Pagipun datang menyapu kegelapan malam, memberikan aku secercah harapan akan perasaan yang sedang bergejolak di dalam dada. "semoga saja dia tidak marah ya.. karena aku lancang menyuratinya" doaku dalam hati sambil mengambil surat itu dan menyimpannya di dalam Kitab Suci. Bangku gereja tempat aku biasa untuk mendudukinya saat perayaan misa sedang menantikan aku yang membawa sejuta pengharapan, sejuta perasaan dan sejuta…. Tempat itu selain menghipnotis aku untuk selalu mendudukinya, kini tempat itu memberikan aku arti yang baru di mana di tempat yang sama tergores kisah antara kami berdua yang pernah duduk bersama, menyanyikan lagu pujian bersama, berdoa bersama dan… kiranya tempat itu menjadi kenangan yang terindah sepanjang perjalanan ku mencari cinta. Bukan sekedar tempat duduk tapi Gereja Katedral pun menjadi saksi bisu di mana aku mendapatkan cinta, cinta dari seorang yang bernama CARLO. Waktu terus berlalu membawa aku pada penghujung perayaan ekaristi. Akhirnya waktu yang dinantikan kini tiba. Segera aku menghampirinya dan tanpa berkata apa- apa aku segera melayangkan tangan kananku dan memberikannya sepucuk surat. " To CARLO" demikian aku menulisnya di depan amplop putih, lambang cintaku yang tulus kepadamu. Seketika itu juga aku melihat raut wajahnya berubah dengan begitu cepat, seakan- akan ada tanda tanya besar yang sekarang ia hadapi terlebih lagi setelah aku berpesan "dibaca dirumah ya dan jangan memberitahukan kepada siapa- siapa".

Malam tak berbintang, dstnya.
…………….
Oh Tuhan aku tak menyangka ini semua. Ternyata ini adalah surat cinta. Aku tak percaya bahwa di balik perkenalan kami ia menyimpan sejuta perasaannya mengenai diriku. Sungguh ini baru pertama kali aku alami. Engkau adalah wanita yang hebat yang mampu mengungkapkan perasaanya secara spontan tanpa harus menunggu, sebab lebih baik mengungkapkan dari pada hanya memendamkannya di dalam hati. Aku sungguh menghargai ketulusan perasaannya. Tapi, jawaban apa yang harus kuberikan?.... Seandainya dia tahu kalau aku adalah seorang….mungkin ia tidak berani mengungkapkan perasaannya itu. apa yang harus aku lakukan? Membalas suratnya dengan kata- kata penolakan bahwa aku adalah seorang… ah jangan, aku tak mau menyakiti hatinya. Atau menjawab ya, kalau aku menerima cintanya. Jika demikian itu berarti aku telah…. Ah jadi bingung, harus memberikan jawaban apa atas perasaannya kepadaku. " dua dunia atau satu dunia????????"
Lama berselang aku bergulat dengan perasaanku hingga akhirnya aku mampu menggerakkan tanganku menggapai pena dan secarik kertas lalu membalas suratnya.
Dear Carla…
Aku menunggumu di teras depan Gereja Katedral seusai misa Hari Minggu.
CARLO
Hanya ini yang dapat kuguratkan aku tak mau kalau dengan kata yang banyak dan indah malah semakin menambah harapan baginya bahwa "aku tercipta untuknya" sebab aku tak amu menyakiti hatinya seandainya dia tahu siapakah aku sebenarnya.
*******
Suratnya to the point. Aku suka itu. dengan demikian aku tahu kalau dia adalah cowok yang simple dan kata- kata tidak begitu penting, sebab yang penting adalah tindakan, dan tindakan itu adalah pertemuan di hari minggu. Mengungkapkan perasaan hitam di atas putih baginya hanyalah sebuah sandiwara antara hati dan pikiran, tak ada kepolosan di dalamnya. Oleh karena itu, ia memilih untuk menemui aku langsung seusai misa hari minggu besok.
*****
Pagi menjemput impian membangunkan aku untuk segera mendandani diri mengikuti perayaan ekaristi hari Minggu. Ini adalah Hari Minggu yang sangat spesial buat aku, dan mungkin buat dirinya…. Aku menantikan kedatangannya di bangku gereja tempat di mana kami pertama kali bertemu dan juga merupakan tempat biasa aku tempati. Tapi… ia tak kunjung datang hingga lagu pembuka misa mulai dinyanyikan. "Apakah ia berbohong??? Atau ia sedang menguji ketulusan cintaku dengan melakukan hal ini kepadaku???" ah.. mungkin ia datang terlambat, maklumlah…." Jangan ke-GR-an Carla. Setengah jam telah berlalu dan ia tak kunjung datang. "Sungguhkah ia ingin menemui aku???" atau….
Dari pada aku terus memikirnya lebih baik sekarang aku memusatkan perhatianku pada perayaan ekaristi yang sudah memasuki ritus liturgi ekaristi. Prefasi… Kudus… dan seterusnya sampai pada saat komunio. Dan saat itulah aku sugguh tersentak…. Aku tak mampu berkata apa- apa. Darahku seakan- akan stop untuk mengalir, jantungku berhenti, aku seperti melihat 'hantu' hantu yang telah menghantui aku dengan …. Sungguhkah itu adalah dia??? " Tuhan kuatkanlah, kalau itu memang benar- benar adalah dia" doaku setelah melihat dia yang sulit aku bayangkan. Dan, memang benar. Dia itulah Carlo, yang sekarang mengenakan jubah putih itu, seorang frater yang membuat aku jatuh cinta. Carlo kenapa engkau sungguh kejam. Kenapa engkau tidak memberitahukan dari awal saat kita berkenalan bahwa engkau adalah seorang frater. Engkau menyakiti hatiku. " Tidak Carla, dia tidak menyakiti hatimu. Engkau sendirilah yang terlalu menaruh harapan besar kepadanya yang engkau belum kenal siapakah dia sesungguhnya. Jangan persalahkan dirinya. Terimalah kenyataannya sekarang bahwa dia CARLO adalah seorang frater." Suara hatiku menasehati aku.
Misa pun berakhir. Sangkaku ia lupa kan janjinya untuk menemui aku. Aku keluar paling akhir dan ternyata ia sudah menunggu aku di depan teras Gereja Katedral. Aku malu untuk bertemu dengannya, karena selain aku wanita yang lancang menyuratinya aku juga sudah menggangu perjalannya untuk menjadi seorang pelayan Kristus. Sungguh ia adalah cowok yang dewasa. Dengan kedewasaannya ia mengutarakan kata hatinya tanpa sedikit pun menyakiti hatiku. Ia hanya berpesan agar mendoakannya dalam melanjutkan perjalannya untuk menjadi seorang pelayan Tuhan di kebun AnggurNya, karena besok ia akan kembali ke Malang untuk melanjutkan kuliahnya di Widya Sasana sebelum tahun depan ia akan mengikrarkan kaul kekal.
*****
Dear diary
Hari ini aku telah menemukan cinta sejatiku. Kehadirannya yang telah membangkitkan perasaan dalam dada semakin menguatkan aku bahwa cinta tak selamanya harus memiliki.
Aku sungguh memilikinya dalam hatiku dengan segala cintanya yang tulus. Hari ini aku sadar bahwa cinta itu dijalin tak selamanya atas apa yang kelihatan antara dua insan tapi apa yang tak kelihatan, yang dinamakan roh cinta yang menyatu.
Hari aku bangga dengannya yang setia pada pilihaannya.
Darinya aku belajar bahwa, Jatuh cinta boleh, tapi jangan terjatuh karena Cinta…….
Terimakasih Carlo….
Doaku selalu menyertaimu setialah selalu dengan pilhan hidupmu
I LOVE YOU
Carla.
SEKIAN



OLEH
FEBRIANO KISWANTO RICHARDUS TAGUNG
MENGUKIR INDAH TIAP LANGKAHKU

bukalah pintu bagi Yesus Kristus

MENANTI SEBUAH JAWABAN
(GELISAH DAN BERKAH)


Senja merekah meninggalkan sejuta kenangan akan satu hari yang akan berlalu di pelupuk mata seorang pengembara. Ketika Ia sedang mengais di antara dedaunan yang rontok ketika angin meniup dengan derasnya di suatu siang yang kini masih tertumpuk dan terdiam di belakang kamarnya. Ia terus mengais hingga ia temukan sehelai dedauan yang kering, tak terkoyak, utuh dan tidak seperti dedaunan yang lain yang telah hancur dimakan waktu. Ia menggapainya. Melihat sekelilingnya secara seksama tanpa mau membiarkan sedikit bola matanya terjerat oleh sesuatu yang lain. Terus dan terus ia memandang sehelai daun yang kering itu. Sebenarnya apa yang ingin ia temukan???? Ia meraba, merasakan permukaan kulit daun yang kering itu. Ia mencoba mengikuti alur tulang penguat daun tersebut. Tepi daun tersebut pun tak lepas dari pandangannya. Lika- liku menciptakan alur yang harus diselesaikan tanpa harus berhenti karena sulitnya memahami alur yang penuh dengan lilka- liku itu. Aku terus mengamatinya dari balik tirai kamarku yang kebetulan sekali tak jauh dari tempat dia berdiri. Ingin ku baca pikirannya. Tapi aku tak mampu. Ku coba mempelajari gerak- geriknya aku pun tak mampu. Ah… dari pada terus berada dalam kebingungan yang selalu menghantui pikiranku lebih baik kuhampiri saja dia dan langsung kutanyakan apa sebenarmya di balik pikirannya mengenai dedaunan yang kering itu yang ia amati sejak beberapa menit yang lalu. Kemudian ku ayunkan kakiku menggapai ia yang sedang meraba-raba dedaunan yang kering itu. Sebelum ku sempat mengeluarkan sepatah katapun ia langsung mengatakan kepadaku: aku tahu maksud sobat menghampiri saya. Aku sudah melihat sobat dari tadi, meskipun aku sedang mengamati daun yang kering ini. Aku tersentak. Terpana terbata. Dari mana dia tahu bahwa dari tadi aku selalu mengamati setiap gerak- geriknya. Tapi, biar semuanya itu kusimpan dalam hati saja tanpa perlu ku perpanjangkan masalah ini toh maksud aku menghampirinya inginn menanyakan mengenai apa di balik daun kering yang sedang ia amati sejak beberapa menit yang lalu.
Sobat, apa engkau sedang bingung??? Katanya. Maksudmu??jawabku ceplos. Tidak, dari raut wajahmu saja aku sudah mengetahui kalau kau sedang bingung menantikan sesuatu yang sangat berarti di dalam hidupmu. Sebenaranya aku mengerti dengan suasana hatimu sekarang, engkau sedang gelisah menantikan sebuah jawaban. "Iya kan??",tanyanya padaku yang membuat aku semakin tak dapat berkutik. Lanjutnya, "lihat daun yang kering ini. ia jatuh dari sumber yang selama ini memberikan kehidupan kepadanya. Meskipun kadang tak ia kehendaki tapi itulah yang terjadi. Daun ini telah menjadi kering. Lihat sesamanya yang massih hijau belia sedang memainkan irama yang indah di tiup angin sore ini." "lihatlah." Aku pun melihatnya. Tapi aku masih bingung apa hubungannya anatara daun kering yang dipegangnya dengan kegelisahanku dalam menanti sebuah jawaban. Ia kemudian beranjak menggapaai aku dan membawa aku pada sebuah vila yang tak jauh jaraknya dari tempat di mana kami saling berbincang. Ia kemudian menjelaskannya kepadaku akan hubungan antara daun kering yang ia pegang dengan kegelisahan yang sedang kualami ini. "Sobat", katanya ramah. Lanjutnya "hidup kita seumpama daun yang kering ini. Bila hidup kita telah terlepas dari Sumber yang memberikan kita kehidupan, pengharapan, cinta dan segala- galanya maka kita tidak adalah artinya. Kegelisan yang sobat hadapi ini ini adalah tanda bahwa sobat sedang mengalami seperti apa yang sedang dialami oleh daun yang kering ini. Seandainya daun ini bisa berbicara mungkin ia akan mengatakan kalau sekarang ia sedang gelisah memikirkian dirinya yang akan di makan oleh pengurai sebagaimana yang dialami oleh teman- temannya yang lain yang telah hancur dimakan oleh bakteri pengurai. Kegelisan timbul di saat kita tidak yakin pada apa yang telah kita lakukan dan kurang yakin pada Dia yang memberikan kelegaan. Tapi janganlah sobat cepat mengklaim diri sobat sebagai seorang yang yang tak pantas untuk merasakan kelegaaan karena telah mengalami kegelisan. Ingatlah, kegelisahan sengaja diberikan Tuhan kepada kita agar kita tahu dan sadar bahwa hanya pada Dialah kita memperoleh kelegaaan yang tak ada duanya. Kegelisahan adalah tanda bahwa sobat sedang memikirkan jalan yang sekarang sobat sedang tempuh. Ini awal dari semua tanda yang akan sobat alami. Tanda yang membuat sobat apakah sobat tetap yakin pada diri sendiri dan pada Dia yang selalu mendengar doa-doa kita ataukah sobat terbawa arus oleh kegelisahan sehingga sobat tak mampu menemukan kembali sumber yang menyegarkan itu. Ingat sobat, di balik kegelisahan itu telah tersedia berkah yang akan melimpah bak hujan yang turun dengan derasnya dan kita tinggal menikmati tanpa harus bersusah dan berpeluh mencarinya. Dalam menantikan sebuah jawaban tindakan yang perlu sobat lakukan adalah berdoa dan berdoa. Dalam doa sobat kan mendengar sendiri jawabannya dari Tuhan yang akan menggantikan kegelisahan sobat dengan berkah yang melimpah. Yakinlah sobat, Tuhan selalu bersamamu.
Pesan terakhirnya, menenguhkan langkahku ku tuk menatap masa depan dengan penuh keoptimisan . "Terima kasih sobat aku akan bangkit dan kemablai memnatap masa depanku tanpa terlalu lama terlarut dalam kegelisahan ini."

April 2007